Bencana Lembang Akibat Eksploitasi Lahan: Krisis Lingkungan Nyata

Lembang, yang dulunya dikenal sebagai daerah resapan air dan kawasan hijau yang sejuk, kini sering dilanda bencana Lembang berupa banjir dan tanah longsor. Fenomena ini bukan semata-mata karena curah hujan tinggi, melainkan dampak nyata dari eksploitasi lahan yang masif dan tidak terkendali. Alih fungsi lahan dari area konservasi menjadi kawasan komersial telah merusak keseimbangan ekosistem.

Data menunjukkan bahwa alih fungsi lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU), termasuk Lembang, telah mencapai ratusan hektare dalam beberapa tahun terakhir. Hutan-hutan yang seharusnya menjadi penyerap air kini berganti menjadi hotel, vila, kafe, dan perumahan. Kondisi ini membuat tanah kehilangan daya serapnya, sehingga ketika hujan deras datang, air langsung meluap dan memicu bencana Lembang hidrometeorologi.

Dampak dari eksploitasi lahan ini sangat terasa. Jalanan yang dulunya kering kini rentan terendam banjir, bahkan ada kasus kendaraan terseret arus. Di beberapa titik, bencana Lembang juga datang dalam bentuk tanah longsor yang menimbun rumah dan memutus akses jalan. Kehilangan vegetasi alami membuat kontur tanah menjadi labil, mudah tergerus oleh aliran air yang deras.

Pemerintah daerah dan masyarakat harus menyadari bahwa ini adalah krisis lingkungan yang nyata. Regulasi terkait tata ruang Kawasan Bandung Utara harus ditegakkan dengan tegas. Izin-izin pembangunan baru yang mengabaikan fungsi kawasan lindung harus dihentikan, dan bangunan tak berizin perlu ditindak. Kelestarian lingkungan harus menjadi prioritas utama.

Upaya rehabilitasi lingkungan sangat mendesak untuk mencegah lebih banyak bencana Lembang. Penanaman kembali pohon-pohon keras dan bambu di daerah hulu dan lereng bukit adalah langkah vital untuk mengembalikan fungsi resapan air. Selain itu, perbaikan dan pembangunan sistem drainase yang memadai juga diperlukan untuk mengelola aliran air hujan secara efektif.

Kesadaran kolektif adalah kunci untuk mengatasi bencana Lembang. Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, serta partisipasi aktif dalam program penghijauan dan pengawasan tata ruang, sangat dibutuhkan. Lembang tidak boleh lagi hanya menjadi destinasi wisata, tetapi harus kembali menjadi kawasan konservasi yang lestari dan tangguh, demi masa depan yang lebih aman.